Berdasarkan catatan masa lalu, jejak Pulau Jawa yang masuk wilayah kerajaan/kekuasaan Sunda adalah dari Ujung Kulon hingga Sungai Cipamali ke utara dan Cijolang-Citanduy ke selatan (bahkan beberapa wilayah Sungai Ciserayu masuk kawasan Sunda). Penjelasan di atas, Sunda dalam konteks wilayah administratif Kerajaan (sistem pemerintahan yang berlaku saat itu). Nama-nama daerah yang berada di perbatasan timur sekaligus sebagai gerbang seperti Jalawastu (artinya tempat yang dihormati), Dayeuh Luhur (artinya tempat/kota yang tinggi) dan Kutaagung (artinya mahkota yang agung) menandakan peninggalan Kerajaan Sunda ini sangatlah dihormati.
Dalam istilah Patanjala kawasan ini disebut Nusa Jawa Girang (Pulau Jawa Hulu) atau Nusa Kendeng Girang (Pulau Pegunungan Kendeng Hulu). Kenapa wilayah ini dianggap di'wastu', 'luhur' dan agung? Dari beberapa alasan yang muncul, salah satunya adalah basis alam yang dimiliki 'Tatar Sunda' ini. Dari deretan Pegunungan Kendeng terbentang dari Ujung Kulon (Sang Hyang Sirah) hingga Ujung Timur Pulau Jawa (Sang Hyang Dampal), dari segi jumlah dibandingkan dengan bagian Pulau Jawa lainnya adalah lebih banyak. Penanda gunung ini tidak kemudian menempatkan kawasan lainnya di Pulau Jawa menjadi tidak utama, tetapi ini berdasarkan karakteristik (fitrah) wilayah yang menjelaskan bahwa Nusa Jawa Girang fungsi pelestarian/perlindungan/penyangga lebih dominan dibandingkan dengan fungsi pemanfaatan.
Sementara di bagian Pulau Jawa lainnya kawasan/zona pemanfaatan lebih dominan atau paling tidak seimbang. Basis alam/ekosistem/lingkungan inilah yang menempatkan Nusa Jawa Girang dalam tatanan Baresan/Kesatuan Nusa/Pulau Jawa berperan sebagai 'Karamaan': Jagat Daranan, yaitu dunia kemakmuran. Kemakmuran dimaknai juga ketentraman masuk pada kategori aktivitas ruhani, bathiniyyah atau spiritual. Sementara kesejahteraan (Jagat Kreta) adalah keselarasan/keseimbangan jiwa dan raga (Tugas Karesian/keilmuan) dan Ke-pemerintahan (Jagat Palangka) adalah pelaksana atau pemangku/pelaksana kebijakan.
Nusa Jawa adalah Jagat Daranan, Jagat Kreta dan Jagat Palangka. Ketiga fungsi tersebut berdasarkan karakteristik/fitrah alamnya (Pegunungan Kendeng sebagai basis 'kanagaraan'-nya) bergerak menopang peran Pulau Jawa dalan kesatuan Nusantara (NKRI) dan semesta. Dan bagi yang 'rumasa' hidup di Nusa Jawa Girang (Kulon) peran kita adalah melaksanakan amanat sebagai Jagat Daranan.
Sumber : Kang Rahmat Leuweung - Patanjala
Banyak hal yang bisa kita gali baik itu dari info lisan para orang tua, catatan uga atau wangsit, pesan atau amanat sepuh, simpanan alam, dan kajian tersirat kehidupan, semua merupakan referensi yang bisa dijadikan bahan untuk melakukan dan menentukan langkah menemukan nilai faktual sesungguhnya untuk mengungkap rahasia dibalik rahasia yang akan mengembalikan sunda pada tingkat kesejajaran baik itu antar manusia maupun manusia dengan mahluk lainnya.
Perjalanan menelusur Nusa Jawa Girang adalah bagian dari pembuktian dari amanat orang tua terdahulu serta sebagai ajang napak tilas dari sebuah tempat yang pernah menjadi pusat modernisasi kehidupan dibumi yang kini sudah ditutupi lapisan tanah dan lapisan kehidupan lainnya sehingga untuk mendapatkan data sesungguhnya sangatlah sulit, namun hati dan nurani sebagai penerus dari generasi yang pernah ada tak mungkin lepas karena walau bagaimana semua akan kembali walau waktu pula yang akan menjawab.
Kebesaran ilmu pengetahuan dan kebesaran Pajajaran masa lalu adalah peninggalan diri yang antara ada dan tiada, tafsir kehidupan tersirat saat ini masih tersisa yang bisa digali dan dipelajari untuk membuka nilai kehidupan sebenarnya, balutan kepentingan dan kekuasaan yang menjadi bayang-bayang kebesaran masa lalu terus ditutupi sehingga bangsa ini lupa diri dan lupa jati diri yang pada akhirnya lupa akan hakikat kehidupan sesungguhnya....🙏🙏🙏
Blogger Comment
Facebook Comment