SUNGAI CITARUM

Sungai Citarum Karawang, Photo : Pepeling 

Sungai alam dengan nilai tingkatan sejarah sangat luar biasa ditambah dengan nilai-nilai mistis yang selama ini beredar akan sebuah sungai yang membentang membelah Jawa Barat ini, sungai yang kini sudah mengalami pergeseran dari fase pra sejarah dengan yang saat ini kita lihat namun secara kongkrit tidak menghilangkan nilai dan makna yang tersimpan sebagai sungai yang memiliki saksi sejarah.

Citarum adalah sungai terbesar dan terpanjang di daerah Jawa Barat (± 225 kilometer). Berhulu di Cisanti, lereng Gunung Wayang salah satu anak Gunung Malabar daerah Bandung  Selatan. Alur sungai melalui  cekungan Bandung  ke arah  utara,  melewati  daerah  kabupaten-kabupaten  Cianjur, Purwakarta  dan Karawang, bermuara di Laut Jawa, tepatnya di daerah Ujung Karawang alirannya sekira 225 km.

Secara  etimologis,  nama  Citarum  berasal  dari  dua  kata,  yaitu  ci  dan tarum. Ci atau cai berarti air. Tarum yang disebut juga nila adalah jenis tanaman. Citarum merupakan sungai yang memegang peranan penting dalam sejarah Jawa Barat. Pertama, nama sungai diambil pula sebagai nama kerajaan Hindu tertua di Jawa Barat, yaitu Tarumanegara, pada abad ke-5. Berdasarkan data geologi, sebelum daerah Jawa Barat dihuni oleh manusia prasejarah, sungai yang kemudian disebut Citarum sudah ada. Pada zaman purba Zaman  Holosen  (±  6000  tahun SM.) aliran  Citarum  di  daerah  Cimeta (Padalarang) tersumbat oleh lahar dari letusan Gunung Sunda. Lama-kelamaan air sungai  itu merendam  daerah  sangat  luas,  yaitu  dari  daerah  Padalarang  sampai dengan  Cicalengka  (±  30 km)  dan  dari  Lembang  (lereng  Gunung Tangkubanparahu)  sampai  dengan  Soreang  (±  50  km). Berarti  daerah  yang terendam memiliki  luas  areal  lebih-kurang 150 kilometer persegi. Daerah seluas itu menjadi “Danau Raksasa Bandung Purba” untuk jangka waktu sangat lama[1].

Sungai yang berhulu di Gunung Wayang Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung ini telah mengalirkan kehidupan dan rezeki yang berlimpah terhadap semua daerah yang dilewatinya seperti: Kabupaten Bandung, Cianjur, Purwakarta dan Karawang.  Berdasarkan paparan di atas, Citarum ternyata memiliki arti yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Suku Sunda. Citarum tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal manusia di zaman pra sejarah tetapi memiliki peran dan makna yang teramat besar. Memasuki zaman sejarah Citarum bahkan diposisikan lebih besar sebagai sarana transportasi, pusat pemerintahan dan tapal batas  kerajaan-kerajaan di Jawa Barat dan juga tentunya simbol kebesaran para raja/menak yang berkuasa waktu itu.

Karena sangat pentingnya Citarum, di masa lalu para raja/bupati sangat menjaga kelestariannya, bahkan hal yang sama juga dilakukan oleh pemerintah kolonial. Pada abad ke 17 bahkan VOC memfungsikan Citarum sebagai sarana pertahanan. Pada masyarakat pribumi ( Suku Sunda), melestarikan Citarum dilandasi kearifan lokal yang memberikan hak istimewa kepada para raja/bupati untuk berburu ikan dan berburu rusa di hutan. Hal inilah yang membuat masyarakat takut untuk merusak lingkungan di sekitar sungai[2].

Sungai citarum mengalir dari hulunya di Gunung wayang selatan kota Bandung mengalir ke utara dan bermuara di laut jawa. Citarum mengaliri 12 wilayah administrasi kabupaten/kota. Citarum menyuplai air untuk kebutuhan penghidupan 28 Juta masyarakat, Sungai yang merupakan sumber air minum untuk masyarakat di Jakarta, Bekasi, Karawang, Purwakarta, dan Bandung. Dengan panjang sekitar 269 km mengaliri areal irigasi untuk pertanian seluas 420.000 hektar. Citarum merupakan sumber dari denyut nadi perekonomian Indonesia sebesar 20% GDP (Gross Domestic Product) dengan hamparan industri yang berada di sepanjang sungai Citarum.

Citarum sungai terpanjang dan terbesar di propinsi Jawa barat. Dan sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat disekitarnya. Pemanfaatan sungai Citarum sangat bervariasi dari hulu hingga hilir dari yang memenehui kebutuhan rumah tangga, irigasi, pertanian, peternakan dan Industri. Dengan perkembangan industri di Sepanjang DAS citarum dan tidak terkelolanya limbah industri merupakan salah satu penyebab pencemaran sungai.

Ironisnya, berkebalikan dengan nilai historis dan signifikansi Citarum bagi bangsa Indonesia, saat ini Citarum sedang mengalami krisis. Air yang mengalir melalui Citarum telah tercemari oleh berbagai limbah, yang paling berbahaya adalah limbah kimia beracun dan berbahaya dari industri. Saat ini di daerah hulu Citarum, sekitar 1000 pabrik berdiri dan hanya sekitar 20% saja yang mengolah limbah mereka, sementara sisanya membuang langsung limbah mereka secara tidak bertanggung jawab ke anak sungai Citarum atau ke Citarum secara langsung tanpa pengawasan dan tindakan dari pihak yang berwenang (pemerintah).

Share on Google Plus
    Blogger Comment
    Facebook Comment