KAMPUNG SINAPEUL KARAWANG

Taman Batu Karawang, Photo : Ojos Patani Ngora 

Kampung Sinapeul diambil dari nama batu Sinapeul yaitu batu besar yang tingginya mencapai 15 meter dan diameter 12 meteran dengan dipayungi Pohon Kiara besar yang akarnya mengikat batuan sehingga masyarakat banyak menyebut Sinapeul, dalam Bahasa sunda “Sina” dan “Napel” dimana nempelnya tangkal Kiara dibatu besar sehingga memunculkan nama “napel” atau nempel, kampung yang berada diujung tengah yang masuk pada desa Wargasetra dan Desa Cigunungsari Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Karawang.

Saat ini batu besar dengan pohon kiaranya sudah habis karena ditambang sehingga nilai-nilai historisnya belum bisa tergali dengan baik mengingat tempat yang menjadi awal penamaan nama tersebut sudah tidak ada, bahkan menurut informasi warga setempat bahwa di wilayah Sinapeul ada batu tulis yang saat ini sudah hilang keberadaannya ditambah dengan adanya batu sumur yang berada disebelah timur kampung Sinapeul yang nasibnya sama hancur karena batunya ditambang secara ilegal.

Ada cerita mitos tentang batu sumur dimana dahulu jika masyarakat memandikan ayam di batu sumur yang berada disana maka ayamnya tidak akan terkalahkan, dan ditambah pula jika ada yang mandi disana akan menjadikan kekebalan, walahualambisawab. Namun jika dilihat mungkin bukan itu yang bisa kita coba gali, dimana tempat tersebut memiliki nilai sejarah yang luar biasa akan singkronisasi disetiap wilayah di Karawang Selatan yang selama ini hampir hilang oleh sebuah kepentingan.

Kampung sinapeul yang dikelilingi perbukitan seperti pasir iraeuteun, pasir batu gardu, pasir kolotok, pasir hihid dan pasir malang menjadi sumber serapan air untuk aliran untuk sungai cidoro, sungai ciktulampa, dan sungai cisabuk yang semuanya mengalir ke sungai cigentis dan bermuara kesungai cibeet, bedasarkan pengamatan dari Tim BARARIMBA yang melakukan penelusuran dan pemetaan wilayah disana bahwa kondisi lingkungan disana sudah banyak kerusakan yang terjadi karena banyaknya pertambangan batu andesit ilegal sehingga merusak struktur batuan dan kondisi lingkungan yang ada disana.

Kampung Sinapeul menjadi perkampungan dari mulai tahun 1980 dimana awalnya hanya lokasi kebun yang secara perlahan menjadi perkampungan, disana juga terdapat mata air pancuran mas yang selalu menjadi lokasi jiarah yang sering disebut pancuran ki emer yang disakralkan bagi masyarakat sekitar, juga merupakan suatu kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya mengingat keseimbangan alam akan terjaga jiga alamnya lestari namun jika alamnya tidak dijaga maka bukan berarti akan terjadi bencana.

Kampung Sinapeul yang kaya akan potensi air karena secara wilayah kondisinya masih terjaga kelestariannya dengan dikelilingi puluhan perbukitan, namun memang tidak seperti dahulu dimana pertama anggota yang tergabung di Pepeling melakukan perjalan ke Gunung Rungking pada tahun 1997 kondisi alam masih terjaga tingkat alamiahnya, namun saat ini kondisi perubahnnya jauh dari pada saat kesana. Semoga saja alam ini bisa menjadi sebuah nilai manfaat dengan tetap dijaga kelestriannya bukan dihancurkan begitu saja tanpa memperhatikan kelestariannya.
Share on Google Plus
    Blogger Comment
    Facebook Comment