BENCANA ALAM GARUT KARENA KERUSAKAN ALAM

Pasca Banjir Bandang Garut, Photo : Husna Mubarok

Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di Garut dan Sumedang pada tanggal 20 September 2016 sungguh sangat memilukan, ditambah dengan banjir susulan di Garut pada tanggal 23 September 2016 menambah penderiataan yang dialami masyarakat Garut yang terkena musibah, hal ini sangatlah berdampak pada kerusakan infrastruktur, korban jiwa (bahkan per 24 September 2016 masih 250 orang yang belum ditemukan), dan sangat berdampak pada faktor psikologi masyarakat yang terkena musibah bencana alam tersebut, wilayah terparah yaitu daerah Cimacan Garut dengan korban jiwa sementara (24/9/2016) yang ditemukan 32 orang, sungguh sangat miris…

Jika melihat kenyataan yang terjadi dilapangan, bencana tersebut berdampak dari kelalaian manusia yang kurang kepedulian terhadap kelestarian lingkungan alam, kondisi lingkungan dengan banyaknya galian-galian ditambah dengan alih fungsi lahan menjadi perumahan itu sangat mempengaruhi terhadap serapan air, salah satunya Perumahan Guntur Resident salah satu pengembang property yang berada sekitar 200 meter dari bantaran sungai cimanuk dan 4 km dari gunung Guntur yang pada saat ini kondisinya nyaris tidak ada pohon tegakan besar sehingga jika hujan deras sudah tidak ada yang menyerap air dan akan langsung turun ke sungai.

Menurut keterangan Kepala BPLHD Jawa Barat Dr. Ir. Anang Sudarma bahwa bencana yang terjadi di Garut diakibatkan oleh rusaknya kondisi lingkungan karena pembangunan yang tidak sesuai dengan RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) disinyalir adanya kepetingan yang mengiringi pembangunan tidak memperhitungkan dampak yang akan terjadi sehingga berdampak pada bencana, salah satu contoh dengan dijadikannya gunung guntur sebagai lokasi pertambangan pasir yang seharusnya lokasi itu dijadikan sebagai wilayah serapan air dan sebagai wilayah lindung hidrologi.

Hujan deras sehingga meningkatkan debit air disungai cimanuk di tambah dengan tidak tahan nya Bendungan Bayongbong menampung air mengakibatkan bendungan tersebut jebol, menurut keterangan warga yang tidak mau disebutkan namanya ditutupnya bendungan Jati Gede salah satu penyebab meluapnya air sungai Cimanuk sehingga aliran air tertahan dan meluap ditambah dengan sudah parahnya area pegunungan yang rata-rata sudah gundul penyebab longsoran terjadi. Hal ini haruslah benar-benar menjadi perhatian dari semua pihak jangan sampai setelah bencana baru semua sibuk namun sebelumnya tidak pernah peduli akan kondisi alam.

Tim Pepeling yang tergabung dengan tim Karawang Info (24/9/2016) berada di Garut, berawal dari kampung Tajug dan melihat kondisi yang sudah sangat mengkhawatirkan, cuaca yang masih extrim sangat mengkhatirkan akan terjadinya bencana susulan mengingat kondisi yang ada dalam keadaan darurat, daerah terparah yaitu cimacan yang secara akses pun masih sulit dilalui harus menjadi skala prioritas evakuasi karena masih banyak korban hilang yang belum ditemukan. Semoga saja bencana yang terjadi ini menjadi perhatian dari semua pihak dan semua kalangan akan betapa pentingnya kelestarian alam ini.

Kejadian bencana yang terjadi di Garut dan Sumedang harusnya dijadikan bahan pembelajaran khususnya Kabupaten Karawang, Karawang adalah salah satu wilayah potensial bencana, di utara wilayah pantai bencana rob, di selatan wilayah pegunungan bencana longsor dan di wilayah Karawang tengah bencana banjir, jika Pemerintah Daerah hanya bisa mengedepankan nilai investasi tanpa memikirkan nilai kelestarian alamnya bukan tidak mungkin bencana akan terjadi menimpa Karawang, kerusakan alam Karawang saat ini sudah sangat parah dengan pembukaan Kawasan Indrustri yang merajalela, Pertambangan yang tidak sesuai aturan dimana-mana, hal ini merupakan ancaman bencana yang akan terjadi bila Pemerintah tidak mengantisipasi untuk masyarakat Kabupaten Karawang.

Pada dasarnya alam memang tidak bisa berbicara, namun secara realita jika alam sudah murka maka bencana akan melanda, keharmonisan hidup bukan hanya harus manusia dengan manusia saja, namun manusia harus bisa menjaga keharmonisan dengan alam agar simbiosis mutualisme terus terjaga dan bisa saling melindungi, jika manusia bisa menjaga dan melestarikan alam ini sesuai dengan fungsinya maka alam pun akan memberikan kelestarian dan menjaga manusia.

Share on Google Plus
    Blogger Comment
    Facebook Comment