JAWA BARAT 2050

Lokasi Pembangunan Kawasan dan Zona Kota Baru Karawang, Photo : Pepeling Karawang

Jawa Barat yang merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan keunikan budaya dan keanekaragaman serta dipenuhi oleh sumber daya yang begitu luar biasa akan menjadi rujukan dan rekomendasi kota bagi pendatang dari penjuru wilayah dan penjuru negara, percepatan pembangunan dengan dalih meningkatkan perekonomian masyarakat serta iklim investasi untuk meningkatkan pendapatan negara akan terus disuarakan sehingga tanpa disadari akan pembangunan menuju wilayah Megapolitan akan terjadi, namun dilain sisi tanpa kita sadari keseimbangan alam akan semakin tidak stabil sehingga bencana akan mengiringi dari sebuah pembangunan.

Jawa Barat yang kental dengan budaya dan kearifan lokalnya akan semakin terkikis oleh dalih kemajuan teknologi, pembangunan yang terus menerus tanpa disadari akan berdampak pertumbuhan penduduk yang luar biasa cepatnya, area pertanian akan semakin habis dan ruang terbuka akan semakin sempit maka yang akan terjadi dampak sosial dan dampak kerusakan lingkungan, Jawa Barat hari ini sudah sudah kehilangan marwahnya dimana slogan silih asih, silih asah dan silih asuh dengan fitrah sareundeuk saigel hilang ditelan perubahan jaman yang terus menerus mengerus tatanan kehidupan juga menggerus keseimabangan alamnya.

Jawa Barat dikenal dengan sunda, sunda dikenal dengan nyunda, nyantri dan nyantana yang merupakan cikal bakal dari sebuah perjalanan kehidupan dimuka bumi ini akan semakin terkikis oleh pengaruh modernisasi dan kemajuan jaman, ketidaktahuan akan nilai-nilai kehidupan dan sejarah masa lalu sangatlah berdampak terhadap kondisi yang sebenarnya, 2050 dimana Jawa Barat akan menjadi kota Megapolitan bahkan menjadi Megaregion, sebuah kota yang akan menjadi bahan perbincangan dan akan menjadi wilayah dengan kota yang tidak ada tandingannya secara perlahan hari ini sudah Nampak dengan pembangunan yang ada, namun dilain sisi kita tinggal menunggu apa yang akan terjadi jika Jawa Barat benar-benar sudah menjadi kota impian tersebut..???.

Jika pohon sudah berubah menjadi gedung bertingkat, jika sumber mata air sudah berubah menjadi pusat perbelanjaan, dan jika peninggalan masa lalu sudah tertutup oleh lapisan beton maka semuanya tinggal menunggu waktu, bukan tidak mungkin akan terjadi kembali perputaran kehidupan kehidupan kembali “mulih ka jati mulang ka asal” karena kehidupan itu tidak ada yang kekal dan abadi hanya beda waktu dan ruang saja, semua kembali kepada para pengisi kehuidupan itu sendiri, apakah kita faham memanfaatkan hidup dan memanfaatkan seluruh aspek kehidupan mengingat arti memanfaatkan itu bukan untuk dihancurkan namun dijaga dan dilestarikan sebagai nilai yang bisa diwariskan ke generasi kita berikutnya.

Jika kita lihat hari ini, kita bisa melihat gambaran bahwa Bekasi, Karawang, Purwakarta dan Subang dan seluruh wilayah di Jawa Barat sudah nampak pembangunan-pembangunan yang secara fakta untuk siapa pembangunan yang dilakukan saat ini ?, sementara kondisi masyarakat dipaksakan untuk beralih dari agraris menjadi indrustrialisasi, puluhan kawasan baik kawasan indrustri maupun kawasan yang dijadikan zona elit yang saat ini mulai membangun di Jawa Barat ditambah dengan dibangunnya infrastruktur strategis hampir meliputi wilayah Jawa Barat sangat menandakan jika Jabar adalah bidikan untuk dijadikan wilayah yang kehilangan jati diri dan berubah kota modern yang menggeser masyarakat aslinya secara perlahan.

Jawa Barat 2050 merupakan sebuah kota yang bukan tidak mungkin sudah tidak mempunyai karakter kedaerahan, Jabar akan lebih dikenal dengan kota sejuta lampu, kota sejuta pabrik, kota sejuta hotel, dan sejuta lainnya karena kehidupan saat itu lebih menggambarkan tingkat glamor dan modernisasi yang mengikis nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang ada, abad 20 sudah nampak pembangunan di empat wilayah zona depan Jawa Barat salah satunya sebuah kota Meikarta (Kab. Bekasi - Karawang) yang sudah mulai dibangun, ditambah dengan bertaburannya pengembang-pengembang besar seperti PT Agung Podomoro Group Tbk (APLN), PT Summarecon Tbk, Sinarmas Land, PT Lippo Tbk, dan pengembang lainnya yang sudah masuk Karawang, Purwakarta dan Subang yang pastinya akan merubah sebuah tempat sesuai dengan keinginannya.

Banyak orang kita yang mengatakan jika suatu hari kuta tandingan akan menjadi sebuah kota yang tidak ada tandingannya, saat ini sudah mulai nampak apa yang telah disampaikan oleh para orang tua kita terdahulu, namun dibalik terjadinya sebuah perubahan kenyataan pahit harus diterima bahwa sebuah peninggalan masa lalu yang tidak ada tandingannya harus terkubur oleh sebuah kepentingan yang dirancang dan terstruktur dengan skema apik tanpa disadari dan diketahui oleh manusia yang hanya mengandalkan kepintarannya dari otak, semuanya akan diketahui jika sudah memahami kehidupan ini dengan rasa dan nurani.

Megapolitan “kumpulan pemerintah kota besar dan kota-kota sekitar dalam satu kesatuan geografis yang merupakan satu kesatuan perencanaan pembangunan dan dikelola dalam satu koordinasi, tanpa menghilangkan kewenangan setiap pemerintah kota”.(kuncoro,2011:272) sebuah keinginan hampir disebagian manusia yang hidup dimuka bumi ini, karena tak pernah disadari besar itu sebuah gambaran jika sudah akhir dan jika melihat proses tiup balon maka kalau tidak mengecil balon kalau sudah besar akan meledak, dan menurut keterangan “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepatutnya berlaku keputusan Kami terhadap mereka, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”. (QS al-Isra’: 16).

Hidup dalam kehidupan adalah mutlak namun kita harus sadari proses perubahan fisik begitu cepat dan semua bisa dirasakan dan bisa rasakan dan buktikan dengan kita mereka ulang ke belakang dari semenjak kita ingat akan kehidupan sampai saat ini kita membaca artikel ini, percepatan pembangunan yang membabibuta sama dengan percepatan akhir kehidupan, membangun satu wilayah itu bukan berarti merusak tatanan alamnya namun menata yang ada untuk dimanfaatkan untuk kelanggengan kehidupan dari generasi ke generasi. (P.AW’17).

Share on Google Plus
    Blogger Comment
    Facebook Comment